Jumaat, 19 Ogos 2016

BEKAM : KELEBIHAN DAN MANAFAATNYA KEPADA KESIHATAN TUBUH BADAN.

Berbekam dan Titik Bekam Mengikut Sunnah



Pengertian Bekam (hijamah)

Bekam atau hijamah adalah metode pengobatan kuno yang dikenal luas di berbagai negara dan bangsa. Bekam atau hijamah menurut bahasa berarti ‘menghisap’.  Orang mesir kuno telah menulis metode pengobatan bekam ini dalam sebuah prasasti yaitu Prasasti Burdi. Prasasti Burdi adalah dokumen sejarah paling tua mengenai bekam.

Orang Yunani kuno juga telah mengenal metode pengobatan ini. Pengobatan bekam juga telah banyak digunakan oleh bangsa Arab di jaman Jahiliyah. Dan setelah kedatangan Islam, Rosulullah Saw mengakui manfaat bekam ini serta mempraktekkan dan menganjurkan penggunaannya.

Pengobatan bekam sejatinya telah tersebar luas diseluruh dunia. Pengobatan dengan cara bekam sudah masyhur di Cina, India, Eropa dan Amerika sejak beberapa abad yag lalu. Metode pengobatan ini memiliki kedudukan sendiri dalam berbagai jurnal dan referensi ilmiah hingga pertengahan abad ke 19 M. Eropa mengenal manfaat bekam melalui kekhalifahan Islam Andalusia di Spanyol. Saat itu para ilmuwan muslim serta karya tulis mereka menjadi acuan utama dalam ilmu kedokteran.

Pengobatan bekam dilakukan dengan cara menyedot permukaan kulit dengan alat khusus dan dilanjutkan pengeluaran darah dari bawah kulit. Ada dua jenis bekam yaitu bekam basah dan bekam kering.  Bekam basah adalah bekam yang menyedot permukaan kulit dan dilakukan pengeluaran darah. Bekam kering adalah proses bekam hanya menyedot saja tanpa dilukai dan dikeluarkan darahnya.


Manfaat bekam untuk kesehatan

Beberapa manfaat bekam untuk kesehatan kita diantaranya yaitu :

Pertama, mengeluarkan darah kotor. Yaitu darah yang terkontaminasi racun dan darah yang statis. Dengan berbekam peredaran darah menjadi lancar kembali.

Kedua, memperbaiki fungsi organ tubuh. Bekam dapat memperbaiki fungsi organ tubuh yang terganggu. Yaitu dengan cara memperbaiki jaringan dan sel tubuh sehingga dapat kembali berfungsi dan sehat.

Ketiga, menambah antibodi tubuh. Bekam membantu tubuh memproduksi zat antibodi yang mampu membunuh kuman penyakit yang merugikan.

Ketiga manfaat bekam tersebut : mengeluarkan darah kotor, memperbaiki fungsi organ tubuh, dan menambah antibody membuat bekam dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti : asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin, migrain, stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis, jerawat, sembelit, wasir, impotensi, wasir, kencing manis, liver, ginjal, pengapuran dan lain lain.


Anjuran untuk berbekam

Sebagai sebuah ilmu, metode pengobatan bekam sesungguhnya bersifat universal. Namun Islam sangat menganjurkan metode pengobatan ini. Sesuai sabda Nabi Muhammad Saw : “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah bekam”. Dan sabda Nabi Saw yang lain : “Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal, yaitu minuman madu, sayatan alat bekam, dan kay dengan sundutan api. Tetapi aku melarang umatku berobat dengan kay”.

Nabi Muhammad Saw sendiri pernah dibekam di beberapa bagian tubuhnya seperti di pertengahan kepala, tengkuk, dua otot disamping leher, kedua pinggul, punggung telapak kaki dan lain-lain.


Waktu yang dianjurkan untuk berbekam

Menurut hari dan tanggal pelaksanaannya, dikenal beberapa waktu pengobatan bekam yang dianjurkan maupun yang tidak dianjurkan yaitu :

Hari Terbaik : Senin, Selasa dan Kamis; Baik : Hari Jumat, Sabtu dan Minggu; Tidak baik : Hari Rabu

Tanggal terbaik : pada setiap tanggal 17, 19, dan 21 bulan Hijriah

Waktu yang tidak baik untuk berbekam : sesudah makan berat, sesudah bekerja sangat keras, saat haid

Orang yang tidak boleh dibekam
Karena kondisi dan alasan tertentu pengobatan bekam tidak boleh dilakukan pada orang-orang seperti berikut ini :
Anak –anak kurang dari 3 tahun dan orang yang sudah lanjut usia; penderita kelainan darah (hemofilia, kanker darah); kelainan pembuluh darah; anemia; penderita yang baru menjalani cuci darah karena gagal ginjal; penderita diabetes melitus dengan kadar gula > 200 mg / dl; penderita hipertensi dengan tensi > 180 / 110 mmHg; pasien yang sedang mengkonsumsi obat pengencer darah; wanita hamil pada tiga bulan pertama; wanita yang sedang menstruasi.


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berbekam

Pengobatan apapun tidak boleh dilakukan secara sembarangan, termasuk bekam. Bekam harus dilakukan oleh orang yang ahli. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bekam :
Hati – hatilah membekam penderita HIV dan hepatitis B. sebaiknya penderita ini memiliki alat sendiri

Sebaiknya jangan berbekam setelah beraktifitas berat.

Penggunaan jarum harus sekali pakai (untuk satu pasien saja).Ini untuk menghindari tertularnya penyakit dari pasien lain.
Berbekam sebaiknya tidak boleh lebih dari 7 titik bekam.
Usahakan hindari terkena air pada daerah yang telah di bekam selama 3 jam setelah berbekam, kalau bisa sampai 6 jam, karena jika yang luka terus terkena air terasa perih dan dibadan jadi kurang enak rasanya.


Disarankan mandi air hangat setelah berbekam.

Berbekam hendaknya dilakukan sesama jenis kelamin.
Pengulangan bekam paling cepat 2 minggu, tapi sebaiknya 1 bulan sekali, untuk maintenance
Cukupkan istirahat sebelum dan sesudah berbekam (± 30 menit).
Di Indonesia terapi bekam tergolong jarang digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Orang lebih suka pergi ke dokter untuk kesembuhannya. Bekam sering dipandang sebelah mata. Bekam dianggap sudah kuno atau hanya sekedar pengobatan alternatif. Padahal dunia kedokteran saat ini mulai membuktikan manfaat bekam.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah besabda :
الشِّفَاءُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَإِنِّيْ أَنْهَى أُمَّتِيْ عَنْ الْكَيِّ

“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan pisau bekam dan sundutan dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan kay.” (HR Bukhari)
Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
إِنَّ أَمْثَلَ مَا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ الْحِجَامَةُ وَالْفَصْدُ

“Sesungguhnya cara pengobatan yang paling ideal bagi kalian adalah alhijamah (bekam) dan fashdu (venesection).” (HR Bukhari – Muslim)



Persiapan Bekam
Sebenarnya tidak ada persiapan khusus jika akan melakukan bekam. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bekam, beberapa ahli menganjurkan agar berpuasa terlebih dahulu, adapun ahli bekam yang lain justeru menyarankan makan terkebih dahulu 2 jam sebelum dilakukan bekam untuk menghindari syok/pingsan.

Adapun langkah persiapannya sebagai berikut :

1.    Lakukan pemeriksaan umum, meliputi : tekanan darah, nadi, temperatur  tubuh, pernafasan, lidah iris (iridology), telapak tangan (palmistry) dan lain-lain. Yang terpenting adalah bisa mengetahui penyakitnya, boleh dengan cara diagnosis medis maupun secara tradisional atau gabungan keduanya. Pasien dengan kondisi fisik yang sangat lemah sebaiknya ditunda untuk dilakukan bekam.

2.    Cari dan Diagnosa penyakitnya,  Jika diperlukan lakukan pemeriksaan laboratorium, rekam jantung/EKG, CT-Scan, dan lain-lain untuk memudahkan diganosa penyakit.

3.    Tentukan Titik bekamnya, Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi (madzhab) ada yang berdasarkan titik nabawi saja, berdasarkan lokasi keluhan, berdasarkan titik akupuntur dan ada yang mendasarkan pada anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah. Sampai sekarang belum ditemukan kata sepakat diantara beberapa madzhab tersebut, penulis sendiri bermadzhab pada titik bekam yang didasarkan pada titik nabawi dan anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah.

4.    Persiapkan Bahan dan Alatnya,

•    Alat yang digunakan adalah : kop/gelas bekam dan handpump (pompa), pisau bedah, bisturi, skapel, klem, kain duk, sarung tangan, masker wajah,mangkok/cawan, nampan, tempat sampah, meja, kursi dan bed periksa. Jika memungkinkan diusahakan memiliki tabung oksigen untuk mengantisipasi apabila terjadi pingsan/syok.

•    Bahan yang digunakan adalah : kassa steril, iodine,desinfektan, larutan H2O2, minyak zaitun dan minyak habbatussauda’.
Untuk mensterilkan alat-alat yang digunakan tersebut maka setelah dicuci dan dibersihkan lalu dimasukkan kedalam sterilisator. Yang umum digunakan adalah dengan teknologi pemanasan dan ozone.

Pisau bedah, sarung tangan, masker wajah hanya boleh digunakan sekali pakai, setelah selesai satu pasien maka langsung dibuang.

Ruangan harus bersih, cukup penerangan, cukup ventilasi dan aliran udara serta tidak pengap. Dilarang menggunakan kipas angin di ruangan pada saat dilakukan bekam. Jangan melakukan bekam di tempat terbuka, tempat yang berdebu atau persis dibawah blower AC.

Tidak boleh menggunakan jarum, silet, gelas minum/bekas botol, tanduk, tissue dan kain lap untuk melakukan bekam. Walaupun tampak bersih namun peralatan tersebut bukan merupakan peralatan standar medis untuk suatu tindakan bedah minor seperti bekam.

Disarankan setiap pasien memiliki kop bekam sendiri. Bagi penderita HIV-AIDS (ODHA), hepatitis (sakit kuning), pecandu narkoba dan penyakit menular lainnya wajib memiliki peralatan bekam sendiri dan tidak boleh digunakan pasien lain walaupun sudah disterilkan.


Jenis Bekam

Berdasarkan prosesnya, bekam dibagi menjadi 2 macam : Bekam Kering dan Bekam Basah.


1.    Bekam Kering (Dry Cupping) disebut juga Bekam Angin

Yakni metode bekam dengan tanpa mengeluarkan darah, bekam jenis ini ditujukan untuk mengeluarkan kelebihan angin dalam tubuh. Caranya adalah:
•    Mulailah dengan membaca basmallah dan bersihkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan kapas/kasa yang diberi cairan NaCl fisiologis.
•    Boleh dilakukan pemijatan ringan dengan menggunakan minyak zaitun selama lebih kurang 5 menit untuk merelaksasikan otot dan memudahkan proses pembekaman.
•    Tentukan titik bekam sesuai dengan keluhan pasien.
•    Pilih gelas bekam (kop) berdasarkan lokasi bagian tubuh yang akan dibekam dan postur tubuh tubuh. Pasien yang ukuran tubuhnya besar tentu kita pilihkan kop dengan ukuran yang lebih besar.
•    Pompa kop bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali tarikan sampai kekuatan sedotan dirasakan cukup, besarnya kekuatan pompa  berbeda untuk masing-masing pasien.
•    Biarkan selama 10 menit (bagi pria), 7 menit (bagi wanita) atau 3 menit (bagi anak-anak). Jangan terlalu lama karena akan menyebabkan munculnya gelembung/blister.
•    Lepas gelas bekam dan pijat kembali dengan minyak zaitun atau minyak jinten hitam selama 2-3 menit untuk menghilangkan bercak-bercak hitam.
Bekam jenis ini sangat aman dan bisa dilakukan oleh orang awam sekalipun. Titik bekamnya pun lebih bebas dan fleksibel sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien. Misalkan pasien mengeluhkan sakit pada kepala bagian depan maka boleh langsung melakukan bekam kering pada bagian dahi.
Bentuk variasi dari metode Bekam kering ini adalah :
a.    Bekam Luncur (Sliding Cupping)
Yaitu metode bekam yang mana gelas bekam diseluncurkan di atas permukaan kulit yang rata (tidak tebal ototnya). Metode ini serupa dengan Guasha (cina), scrapping (inggris) atau kerokan (jawa), namun lebih aman karena tidak merusak pori-pori sebagaimana kerokan.
b.    Bekam Cepat (Flash Cupping) atau Bekam Tarik
Yaitu metode bekam dengan cara tarik lepas – tarik lepas secara cepat pada bagian kulit yang sukar dibekam, atau apabila dibekam gelas cenderung jatuh. Area ini biasanya di sekitar wajah dan dahi.



2.    Bekam Basah (Wet Cupping)

Metode bekam inilah yang dimaksudkan pada hadits-hadits tadi dan merupakan metode bekam yang sebenarnya yakni dengan mengeluarkan darah.
•    Mulailah dengan membaca basmallah dan mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan (misalnya. Iodin)
•    Dilanjutkan dengan penghisapan kulit menggunakan gelas bekam (kop), kekuatan penghisapan pada setiap pasien umumnya berbeda-beda. Lama penghisapan adalah antara 5-7 menit, tindakan ini sekaligus berfungsi sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan kemudian yang sebelah kiri.
•    Dengan menggunakan pisau bedah standar (bisturi) dilakukan syartoh /penyayatan (jumlah sayatan 5-15 untuk satu titik tergantung diameter kop yang dipakai, panjang sayatan 0,3-0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan garis tubuh). Salahsatu tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot dengan alat maka darahnya baru keluar.
•    Lakukan penghisapan kembali dan biarkan “darah kotor” mengalir di dalam kop selama 5 menit.
•    Bersihkan dan buang darah yang tertampung dalam kop dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang seperti tadi. Tidak boleh dilakukan pengulangan sayatan.
•    Bersihkan bekas luka dan oleskan minyak habbatus sauda yang steril. Umumnya bekas bekam akan hilang setelah 2-5 hari.
•    Ucapkan Alhamdulillah dan rasakan keajaiban “mukjizat” medis bekam.
Istirahatlah secukupnya setelah berbekam, lebih baik lagi tidur. Minumlah air putih, madu, sari kurma atau teh manis untuk mempercepat pemulihan. Jika ingin makan, usahakan lebih dari satu jam sesudahnya dan menghindari makan asam, pedas, mie dan minuman bersoda/berkarbonase. Hindari pula untuk melakukan jima’ setelah bekam.
Anda boleh bahkan dianjurkan mandi setelah 2 jam melakukan bekam. Sebaiknya menggunakan air hangat untuk mempercepat proses pemulihan. Hindari untuk menggosok bekas sayatan bekam dengan sabun secara berlebihan karena selain terasa perih juga akan memperlambat proses penyembuhan luka.
Umumnya bekas bekam akan hilang dalam waktu 3 hari sampai 1 minggu setelah bekam tergantung bentuk dan warna yang ditinggalkan. Untuk mempercepat hilangnya lebam bekas bekam maka cukup dikompres dengan air hangat.


Titik Bekam Sunnah Rasulullah SAW



titik bekam nabi Titik Bekam Sunnah Rasulullah SAWTitik bekam Sunnah merupakan titik dimana Rasulullah Shallallahhu ‘alaihi wa sallam pernah dibekam pada titik tersebut, tentunya bukan sekadar sunnah dalam berbekam namun ada kelebihan pada yang Rasulullah sampaikan. Diantaranya adalah :

1. Di tengah kepala/puncak kepala (Ummu Mughits)
Dari Abdullah bin Buhaimah, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbekam di tengah kepala di (suatu tempat bernama) Lahyi Jamal sewaktu menuju ke Mekah ketika beliau sedang ihram” (HR. al Bukhary no.223)

2. Di bagian punuk (al Kaahil)
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbekam di tiga tempat, dua di al akhda’ain dan satu di al kaahil” (HR. Ahmad)
Berkata Imam asy Syaukani, “al KaaHil adalah apa-apa yang berada diantara dua pundak, berada pada ruas punggung yang pertama”

3. Al Akhda’ain


Terjadi perbedaan pendapat tentang penetapan titik al Akhda’ain di kalangan terapis bekam. Namun demikian menurut titik bekam nabi1 181x300 Titik Bekam Sunnah Rasulullah SAWSOP (Standard Operating Procedure) dari ABI, titik al Akhda’ain terletak di sekitar internal jugular vein di bawah garis batas rambut kepala belakang.

4. An Naa’is/al Katifayn (Titik Bahu)
Ini adalah titik yang dibekam ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena racun pada saat penaklukan Khaibar. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Ketika Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam berbekam pada bagian bahu dan merupakan lokasi terdekat ke jantung yang mungkin dibekam, maka zat beracun dalam darah itu pun keluar” (Metode Pengobatan Nabi, hal. 149)

5. ‘Ala Warik (Titik Pinggang)


“Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam telah dibekam pada pinggangnya” (HR. Abu Dawud dan an Nasa-i)
Posisi ‘ala Warik berada di belakang pusar (umbilicus), 2 jari lateral dari tulang belakang.

6. Titik Punggung Atas Telapak Kaki (Zhahrul Qadami)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbekam di atas punggung kaki dari rasa sakit yang beliau rasakan, padahal beliau sedang berihram” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Lokasi titik zhahrul qadami terletak 1 jari di atas pertemuan antara ibu jari kaki dan telunjuk kaki (lekukan distal diantara pertemuan tulang metatarsal I dan II).



Titik Bekam diatas ampuh untuk mengobati berbagai penyakit, baik penyakit medis maupun penyakit non medis. diantaranya penyakit seperti : darah tinggi, kolesterol, asam urat, migrain, jantung, asma, paru-paru, diabetes, pegal linu, maag, alergi, batuk, masuk angin, struk, kesurupan, gangguan jin, santet, pelet dll.

Zina Akan Berterusan Walaupun Sudah Diijab Kabul

Zina Akan Berterusan Walaupun Sudah Diijab Kabul

Sesungguhnya, permasalahan ini berat. Perhatikan soalan 1 – 5. Perkahwinan seumpama ini hari ini memang tersangat biasa kerana keluarga biasanya memilih jalan ini untuk menutup malu. Bila dapat tahu anak “pregnant luar nikah”, cepat-cepat dikahwinkan.

Berdasarkan kenyataan ini yang dipetik nukilan seorang penulis dari sebuah blog ada menerangkan, nikah itu TIDAK SAH, maka pasangan itu kelak hidup dalam zina sampai bila-bila. Persoalan ini telah diajukan kepada seorang Imam, di mana banyak persoalan lain timbul dari persoalan pokok tersebut.

Soalan 1 : Apakah langkah yang sewajarnya sekiranya seorang gadis belum berkahwin didapati hamil anak luar nikah?

Jawapan 1 : Gadis itu tidak boleh berkahwin sehingga bayi itu dilahirkan.

Soalan 2 : Sekiranya lelaki yang bertanggungjawab itu bersedia mengahwini gadis itu, bolehkah mereka bernikah?

Jawapan 2 : Tidak. Mereka tidak boleh bernikah sehingga bayi itu dilahirkan.

Soalan 3 : Adakah pernikahan itu sah sekiranya mereka berkawin?

Jawapan 3 : Tidak. Pernikahan itu TIDAK SAH. Seorang lelaki tidak boleh mengahwini seorang wanita hamil, walaupun lelaki itu merupakan ayah kepada bayi yang dikandung itu.

Soalan 4 : Sekiranya mereka bernikah, apakah tindakan mereka untuk memperbetulkan keadaan?

Jawapan 4 : Mereka mesti berpisah. Perempuan itu mestilah menunggu sehingga melahirkan, atau sehingga sah dia tidak mengandung, barulah mereka boleh bernikah sekali lagi, secara sah.

Soalan 5 : Bagaimana sekiranya keadaan itu tidak diperbetulkan?

Jawapan 5 : Maka mereka akan hidup di dalam zina kerana pernikahan itu tidak sah.

Soalan 6 : Apakah hak seorang anak luar nikah?

Jawapan 6 : Kebanyakan pendapat mengatakan bahawa anak itu TIADA HAK untuk menuntut apa-apa daripada ayahnya.

Soalan 7 : Sekiranya hukum mengatakan lelaki itu bukan ayah kepada anak tersebut, adakah itu bermakna dia bukan mahram kepada anak perempuannya sendiri?

Jawapan 7 : Ya. Dia tidak boleh menjadi mahram.

Soalan 8 : Sekiranya seorang lelaki Muslim Dan seorang wanita Muslim (atau bukan Muslim) ingin bernikah setelah bersekedudukan, apakah tindakan yang sewajarnya?

Jawapan 8 : Mereka mesti tinggal berasingan segera Dan menunggu sehingga perempuan itu haid satu kali sebelum mereka boleh bernikah.

Soalan 9 : Sekiranya saya kenal/tahu seseorang di dalam keadaan ini, apakah saya perlu memberitahu kepadanya, atau lebih baik menjaga tepi kain sendiri?

Jawapan 9 : Anda wajib memberitahu, kerana itu sebahagian tanggungjawab anda sebagai saudaranya. Mereka harus diberi peluang untuk memperbetulkan keadaan mereka, kalau tidak semua keturunan yang lahir dari pernikahan tidak sah itu adalah anak-anak yang tidak sah taraf.

Kesimpulannya: Ibubapa, saudara-mara, orang-orang kampung, tok-tok imam, tok-tok kadi Dan saksi-saksi yang tahu akan keadaan tersebut tetapi mendiamkan, membiarkan atau membenarkan pernikahan tersebut diteruskan maka mereka juga tidak terlepas daripada menanggung azab dan seksaan sama ada di dunia ataupun di akhirat.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&


Hukum menikahi wanita yang hamil


SOALAN:

Apa hukumnya menikahi wanita yang sedang hamil (luar nikah). Benarkah jika seorang lelaki menikahi wanita yang hamil terlebih dahulu hukumnya tidak sah dan harus menikah sekali lagi jika anak yang di kandung sudah lahir? (sesudah anak berusia 40 hari).
Apakah status anak itu kerana setahu saya anak tersebut tidak boleh dibinkan menurut nama si ayah dan jika anak itu perempuan maka si ayah tidak boleh menjadi wali.


Jawapan:
Menurut Dr. Wahbah al-Zuhaili, penulis al-Fiqh al-Islami, hukum tidak sah seseorang lelaki menikahi wanita yang sedang hamil hasil hubungan luar nikah atau diistilahkan sebagai 'zina' dalam bidang fikah adalah fatwa mazhab Maliki.
Namun tidak disyaratkan anak yang dilahirkan oleh wanita itu mesti berusia 40 hari atau lebih untuk melaksanakan akad nikah kemudiannya.
Mazhab ini mensyaratkan lelaki yang ingin bernikah dengan mana-mana wanita yang terlibat dengan zina perlulah memastikan rahimnya suci terlebih dahulu. Caranya, dengan menunggu sehingga tempoh tiga kali datang bulan (haid) atau berlalunya tempoh tiga bulan dari saat terakhir dia melakukan zina (al-istibra').
Jumhur ulama bersepakat mewajibkan istibra' demi menjaga kesucian susur galur keturunan kerana ia akan melibatkan status anak sah taraf atau tidak untuk dibinkan kepada suami yang dikahwini setelah zina berlaku, kemudian masalah wali kahwin bagi anak perempuan dan masalah pewarisan harta dari segi hukum-hakam Islam.
Jika syarat ini diabaikan, dan akad nikah diteruskan, maka akadnya dihukumkan fasid atau rosak yakni tidak sah di mana perpisahan dihukumkan wajib bagi pasangan tersebut; sama ada zahir pada wanita itu tanda-tanda hamil atau tidak.
Jika wanita itu didapati mengandung hasil hubungan zina, maka istibra'nya ialah kelahiran anak itu. Tidak sah akad nikah sebelum wanita itu bersalin berdasarkan hadis yang bermaksud: "Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka janganlah sekali-kali dia menyiram airnya pada tanaman orang lain. (Iaitu menyetubuhi wanita yang hamil bukan dari benihnya). (riwayat Abu Daud dan juga oleh al-Tirmizi yang menghukumkannya berdarjat hasan dengan lafaz 'anak orang lain').
Termasuk satu lagi hadis sahih dari al-Hakim mengenai wanita-wanita tawanan perang Awtas susulan daripada peperangan Hunain yang dibahagi-bahagikan kepada para pejuang yang bermaksud: "Tidak disetubuhi seorang wanita hamil itu sehingga bersalin".
Syarat ini juga digunapakai dalam mazhab Hanbali terutamanya bagi lelaki yang telah mengetahui status wanita itu berdasarkan hadis riwayat Imam Ahmad bin Hanbal yang bermaksud: "Janganlah sekali-kali seorang lelaki menyetubuhi seorang wanita yang hamil bukan dari benihnya".
Syarat tambahan mazhab ini ialah hendaklah wanita itu bertaubat nasuha terhadap dosa besar yang telah dilakukannya itu bagi mengeluarkannya daripada hukum asal al-Quran ke atas penzina: Lelaki yang berzina tidak boleh berkahwin melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan musyrik; dan perempuan yang berzina pula tidak boleh berkahwin melainkan dengan lelaki yang berzina atau lelaki musyrik dan perkahwinan yang demikian itu diharamkan ke atas orang-orang yang beriman. (al-Nur: 3)
Lebih-lebih lagi jika mereka tidak berkahwin dengan lelaki yang berzina seperti yang diisyaratkan di akhir ayat tersebut.
Hal ini berdasarkan hadis yang bermaksud: "Seseorang yang benar-benar bertaubat daripada dosanya (taubat nasuha) adalah umpama seorang yang suci daripada segala dosa".
Kemudian baginda membacakan sepotong ayat al-Quran dari surah al-Baqarah ayat 222: Sesungguhnya Allah Maha Menyintai orang-orang yang suka bertaubat dan sentiasa menjaga kesucian.
Sementara mazhab Hanafi menghukumkan sah akad nikah seseorang lelaki yang mengahwini seorang wanita yang berzina dengan seorang lelaki lain jika dapat dipastikan wanita itu tidak hamil.
Jika wanita itu hamil juga diharuskan menikahinya dengan syarat tidak boleh menyetubuhi wanita itu sehingga dia bersalin berdasarkan ayat 23-24 dari surah al-Nisaa' yang tidak menyenaraikannya sebagai wanita yang haram dinikahi:
Telah diharamkan kepada kamu untuk berkahwin dengan (perempuan-perempuan yang berikut): ibu-ibu kamu, anak-anak kamu, adik-beradik perempuan kamu, ibu-ibu saudara sebelah bapa dan ibu kamu, anak-anak saudara perempuan daripada adik-beradik lelaki dan perempuan kamu, ibu-ibu susuan kamu dan adik-beradik susuan kamu, dan ibu-ibu isteri-isteri kamu, anak-anak tiri hasil perkahwinan terdahulu isteri-isteri kamu yang telah kamu nikahi (setelah mereka bercerai) kecuali jika kamu menceraikan mereka sebelum bersetubuh, maka tidak salah kamu (berkahwin dengan anaknya). Dan (haram juga bagi kamu untuk berkahwin dengan) bekas isteri anak-anak lelaki kamu sendiri yang berasal dari benih kamu sendiri. Dan diharamkan ke atas kamu menghimpunkan dua orang perempuan adik-beradik sekaligus sebagai isteri-isteri kamu, kecuali yang telah berlaku pada masa lalu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
Dan (diharamkan juga kamu berkahwin dengan) perempuan-perempuan yang masih berstatus isteri orang, kecuali hamba sahaya yang kamu miliki. (Hukumnya haram ini) adalah suatu ketetapan dari Allah (yang diwajibkan) ke atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu perempuan-perempuan lain selain daripada yang disebut (di atas), untuk kamu mencari (wanitai) dan memperisterikannya dengan harta kamu dengan menikahinya secara yang sah, bukan secara berzina… (an-Nisaa': 23 dan 24).
Pendapat ini dikuatkan dengan hadis riwayat al-Bukhari berkenaan perlakuan zina wanita yang telah berkahwin: Anak yang dilahirkan itu bagi empunya kamar tidur (iaitu hak suami yang sah), dan batu bagi penzina (rejam). Ia menggambarkan bahawa air mani penzina tidak mengharamkan hubungan perkahwinan yang sah.
Mazhab ini bersependapat dengan mazhab Hanbali dan Maliki yang mengharamkan persetubuhan kepada lelaki yang mengahwini wanita yang mengandung bukan dari benihnya. Sehingga wanita itu bersalin berdalilkan hadis yang sama: "Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka janganlah sekali-kali dia menyiram airnya pada tanaman orang lain. (Iaitu menyetubuhi wanita yang hamil bukan dari benihnya)". (riwayat Abu Daud).
Mazhab Syafie pula mengharuskan seseorang yang berzina menikahi wanita yang menjadi pasangan zinanya berdasarkan ayat 3, Surah al-Nur.
Perbuatan haram mereka berzina tidak mengharamkan mereka untuk melakukan pernikahan yang sah di mana hukumnya halal. Fatwa ini disepakati oleh jumhur ulama.
Nasab bayi
Menurut fatwa jumhur, jika wanita itu melahirkan anak selepas enam bulan berkahwin, maka anak itu dinasabkan kepada suaminya yang sah.
Jika kurang dari tempoh itu, maka tidak boleh dinasabkan kepadanya kecuali dia berkeras mengaku bahawa bayi itu anaknya atau tidak ada bukti jelas ia adalah hasil daripada hubungan zina terutamanya dalam menjaga maruah seorang Muslim.
Tempoh minimum enam bulan ini berdasarkan hadis riwayat al-Baihaqi di mana pada masa pemerintahan Saidina Umar, terdapat seorang wanita yang melahirkan anak setelah enam bulan mengandung.
Dia telah dibawa menghadap Saidina Umar untuk dihakimi iaitu diputuskan menjalani hukum rejam. Kes tersebut sampai ke pengetahuan Saidina Ali lalu beliau berkata: Wanita itu tidak sepatutnya direjam.
Kata-kata beliau akhirnya diketahui oleh Saidina Umar, lalu beliau terus menghantar utusan bertanyakan Saidina Ali tentang hal itu.
Saidina Ali terus membacakan ayat 233 dari surah al-Baqarah yang bermaksud: Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan bayi-bayi mereka sehingga genap tempoh dua tahun bagi mereka yang ingin menyempurnakan proses penyusuan…. Kemudian beliau membaca ayat 15 dari surah al-Ahqaf yang bermaksud:Dan tempoh mengandungnya sehingga selesai proses penyusuannya mengambil masa selama 30 bulan….
Perbezaan kedua-dua tempoh di dalam dua ayat al-Quran tadi ialah 6 bulan (30 bulan - 24 bulan bersamaan dengan 6 bulan).
Jadi, kelahiran itu tidak boleh dianggap anak zina, oleh yang demikian, mereka telah membatalkan hukuman rejam ke atas wanita tersebut.
Hanya status undang-undang anak tak sah taraf sahaja tidak boleh berbinkan suami kepada wanita yang mengandung luar nikah dan seterusnya tidak boleh berwalikannya.
Menurut fatwa Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan Kali Ke 57 pada 10 Jun 2003 penjelasan istilah Anak Tidak Sah Taraf adalah seperti berikut:
*Anak yang dilahirkan di luar nikah iaitu sama ada hasil daripada zina atau rogol;
*Anak yang dilahirkan dalam tempoh kurang enam bulan dua lahzah Qamariah dari waktu akad nikah (sehingga dia bersalin) dan dia bukan hasil daripada persetubuhan syubhah; dan
*Anak yang dilahirkan dalam tempoh lebih dari enam bulan dua lahzah Qamariah dari waktu akad nikah dan ada bukti dari segi syarak bahawa anak tersebut ialah anak luar nikah melalui ikrar (pengakuan) mereka yang berkenaan (suami dan isteri tersebut atau salah seorang daripadanya), atau empat orang saksi yang memenuhi syarat-syarat mengikut hukum syarak seperti proses li'an.

Petikan dari : Utusan Malaysia online