Hukum Solat Berjamaah di Masjid Bagi Wanita (dari berbagai pendapat)
Solat berjamaah di masjid merupakan perkara yang lazim. Namun sesungguhnya Islam telah mengatur hal hal khusus bagi wanita. Dan bagaimana Islam menyikapi kondisi saat ini di mana para wanita datang ke masjid dengan bersolek dan membuka auratnya? Simak bahasan berikut.
Sejak zaman nubuwwah, kehadiran wanita untuk solat berjamaah di masjid bukanlah sesuatu yang asing. Hal ini kita ketahui dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kata beliau:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhirkan solat ‘Isya hingga ‘Umar berseru memanggil beliau seraya berkata: ‘Telah tertidur para wanita dan anak-anak [1]. Maka keluarlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berkata kepada orang-orang yang hadir di masjid:
“Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti solat ini selain kalian.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 566 dan Muslim no. 638)
Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata:
“Mereka wanita-wanita mukminah menghadiri solat Subuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berselimut dengan kain-kain mereka. Kemudian para wanita itu kembali ke rumah-rumah mereka seselesainya dari solat tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka karena masih gelap.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 578 dan Muslim no. 645)
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para wanita yang ikut hadir dalam solat berjamaah, selesai salam segera bangkit meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah mereka. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan jamaah laki-laki tetap diam di tempat mereka sekedar waktu yang diinginkan Allah. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit, bangkit pula kaum laki-laki tersebut.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 866, 870)
Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku berdiri untuk menunaikan solat dan tadinya aku berniat untuk memanjangkannya. Namun kemudian aku mendengar tangisan bayi, maka aku pun memendekkan solatku karena aku tidak suka memberatkan ibunya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 868)
Beberapa hadits di atas cukuplah menunjukkan bagaimana keikutsertaan wanita dalam solat berjamaah di masjid. Lalu sekarang timbul pertanyaan, apa hukum solat berjamaah bagi wanita?
Dalam hal ini wanita tidaklah sama dengan laki-laki. Dikarenakan ulama telah sepakat bahwa solat jamaah tidaklah wajib bagi wanita dan tidak ada perselisihan pendapat di kalangan mereka dalam permasalahan ini.
Ibnu Hazm rahimahullah berkata (Al-Muhalla, 3/125): “Tidak diwajibkan bagi kaum wanita untuk menghadiri solat maktubah (solat fardhu) secara berjamaah. Hal ini merupakan perkara yang tidak diperselisihkan (di kalangan ulama).” Beliau juga berkata: “Adapun kaum wanita, hadirnya mereka dalam solat berjamaah tidak wajib, hal ini tidaklah diperselisihkan. Dan didapatkan atsar yang shahih bahwa para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam solat di kamar-kamar mereka dan tidak keluar ke masjid.” (Al-Muhalla, 4/196)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan: “Telah berkata teman-teman kami bahwa hukum solat berjamaah bagi wanita tidaklah fardhu ‘ain tidak pula fardhu kifayah, akan tetapi hanya mustahab (sunnah) saja bagi mereka.” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, 4/188)
Ibnu Qudamah rahimahullah juga mengisyaratkan tidak wajibnya solat jamaah bagi wanita dan beliau menekankan bahwa solatnya wanita di rumahnya lebih baik dan lebih utama. (Al-Mughni, 2/18)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda kepada para wanita:
“Solatnya salah seorang di makhda’-nya (kamar khusus yang digunakan untuk menyimpan barang berharga) lebih utama daripada solatnya di kamarnya. Dan solatnya di kamar lebih utama daripada solatnya di rumahnya. Dan solatnya di rumahnya lebih utama daripada solatnya di masjid kaumnya. Dan solatnya di masjid kaumnya lebih utama daripada solatnya bersamaku.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 155)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Jangan kalian mencegah hamba-hamba perempuan Allah dari solat di masjid-masjid-Nya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim no. 442)
Dalam riwayat Abu Dawud (no. 480) ada tambahan:
“meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 576 dan dalam Al-Misykat no. 1062)
Dalm Nailul Authar, Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata setelah membawakan hadits di atas:
“Yakni solat mereka di rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka daripada solat mereka di masjid-masjid, seandainya mereka mengetahui yang demikian itu. Akan tetapi mereka tidak mengetahuinya sehingga meminta izin untuk keluar berjamaah di masjid, dengan keyakinan pahala yang akan mereka peroleh dengan solat di masjid lebih besar. Solat mereka di rumah lebih utama karena aman dari fitnah, yang menekankan alasan ini adalah ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika melihat para wanita keluar ke masjid dengan tabarruj dan bersolek.” [2] (Nailul Authar, 3/168)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah setelah menyebutkan hadits: “meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”, menyatakan dalam salah satu fatwanya: “Hadits ini memberi pengertian bahwa solat wanita di rumahnya lebih utama. Jika mereka (para wanita) berkata: ‘Aku ingin solat di masjid agar dapat berjamaah.’ Maka akan aku katakan: ‘Sesungguhnya solatmu di rumahmu lebih utama dan lebih baik.’ Hal ini dikarenakan seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath (bercampur baur tanpa batas) bersama lelaki lain sehingga akan menjauhkannya dari fitnah.” (Majmu’ah Durus Fatawa, 2/274)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah juga mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda demikian sementara beliau berada di Madinah dan kita tahu solat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan dan nilai lebih. Akan tetapi karena solat wanita di rumahnya lebih tertutup baginya dan lebih jauh dari fitnah maka hal itu lebih utama dan lebih baik.” (Al-Fatawa Al-Makkiyyah, hal. 26-27, sebagaimana dinukil dalam Al-Qaulul Mubin fi Ma’rifati maa Yuhammul Mushallin, hal. 570)
Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita akan keutamaan solat wanita di rumahnya. Setelah ini mungkin timbul pertanyaan di benak kita: Apakah solat berjamaah yang dilakukan wanita di rumahnya masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Solat berjamaah dibandingkan solat sendiri lebih utama dua puluh lima (dalam riwayat lain: dua puluh tujuh derajat)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 645, 646 dan Muslim no. 649, 650)
Dalam hal ini Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah menegaskan bahwa keutamaan 25 atau 27 derajat yang disebutkan dalam hadits khusus bagi solat berjamaah di masjid dikarenakan beberapa perkara yang tidak mungkin didapatkan kecuali dengan datang berjamaah di masjid. (Fathul Bari, 2/165-167)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah meriwayatkan akan hal ini dalam sabdanya:
“Solat seseorang dengan berjamaah dilipat gandakan sebanyak 25 kali lipat bila dibandingkan solatnya di rumahnya atau di pasar. Hal itu dia peroleh dengan berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia keluar menuju masjid dan tidak ada yang mengeluarkan dia kecuali semata untuk solat. Maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah melainkan diangkat baginya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan. Tatkala ia solat, para malaikat terus menerus mendoakannya selama ia masih berada di tempat solatnya dengan doa: “Ya Allah, berilah shalawat atasnya. Ya Allah, rahmatilah dia.” Terus menerus salah seorang dari kalian teranggap dalam keadaan solat selama ia menanti solat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 647 dan Muslim no. 649)
Dengan demikian, solat jamaah wanita di rumahnya tidak termasuk dalam keutamaan 25 atau 27 derajat, akan tetapi mereka yang melakukannya mendapatkan keutamaan tersendiri, yaitu solat mereka di rumahnya, secara sendiri ataupun berjamaah, lebih utama daripada solatnya di masjid, wallahu a’lam.
Footnote:
*) Yakni mereka yang ikut hadir untuk solat berjamaah di masjid. (Syarah Shahih Muslim, 5/137, Fathul Bari, 2/59)
**) Yang dimaksud Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah adalah atsar yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari (no. 869) dan Al-Imam Muslim (no. 445) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Seandainya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat apa yang diperbuat oleh para wanita itu, niscaya beliau akan melarang mereka mendatangi masjid sebagaimana dilarangnya para wanita Bani Israil.” Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Yang diperbuat oleh wanita tersebut adalah (keluar ke masjid dengan) mengenakan perhiasan, wangi-wangian, dan pakaian yang bagus.” (Syarah Shahih Muslim, 4/164)
Sumber: Majalah Asy Syari’ah
Wanita Solat Jamaah di Masjid
Assalamu’alaikum wrwb.
Saya menikah bulan april yang lalu. Sebelum menikah, saya dan istri insya Allah senantiasa menjaga solat fardhu berjamaah. Sebagai laki-laki, saya berusaha menjalankan solat waktu berjamaah di masjid. Sedangkan istri saya terbiasa berjamaah di kost bersama teman satu kost atau kontrakannya.
Setelah menikah dan tinggal berdua dengan istri saya tetap ingin menjalankan solat jamaah di masjid. Konsekuensinya istri yang biasanya solat jamaah di rumah terkadang jadi solat sendirian.
Mohon kiranya ustadz memberikan solusi yang tepat bagi istri saya, bagaimana seharusnya mengambil keputusan. Bagi seorang wanita, manakah yg lebih utama, solat dirumah atau ikut berjamaah dimasjid?
Jazakallah khairan katsir
NB: kondisi masjid di dekat rumah saya alhamdulillah cukup representatif bagi wanita karena ada hijab/pembatas jamaah pria dan wanita dan tempat wudhu pria dan wanita terpisah.
Jawaban:
Wassalaamu’alaykum warohmatullahi wa barokatuh
Mudah-mudahan Akh Ibnu sekeluarga selalu dalam hidayah Allah dan tetap istiqomah melakukan amalan-amalan yang terbaik.
Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, kami dapat memberikan jawaban sebagai berikut:
1. Anjuran jamaah secara umum sesuai dengan hadis nabi:
رياض الصالحين (تحقيق الدكتور الفحل) – (2 / 17)
عن ابن عمر رضي الله عنهما : أنَّ رَسُول اللهِ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( صَلاَةُ الْجَمَاعَة أفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً )) متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Ibn Umar r.a., bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “solat berjamaah itu adalah lebih utama dua puluhtujuh derajat dibanding solat sendiri” (Hadis muttafaqun alaih)
Hadis ini pada hekekatnya berlaku umum, artinya baik laki-laki maupun perempuan akan memperoleh pahala yang sama apabila melaksanakan solat berjamaah.
2. Dalam segi syariat pelaksanaannya para ulama membedakan
Untuk laki-laki yang merdeka, madzhab Hanafi dan Maliki menganggap sunnah muakaddah, Madzhab Syafi’i menganggap fardhu kifayah, sedangkan Madzhab Hambali menganggap wajib, masing-masing dengan dalil yang kuat. Kesimpulannya untuk laki-laki perintah untuk solat berjamaah di masjid sangat kuat minimal sunnah muakkadah (Al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Wahbah Zuhaili)
Untuk perempuan ada hadis yang berbunyi
صحيح ابن خزيمة – (3 / 92)
عن ابن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا تمنعوا نساءكم المساجد و بيوتهن خير لهن
Dari Ibnu Umar r.a., bhawasanya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Janganlah kamu larang isteri-isteri mu (pergi solat ke) masjid, namun (solat) di rumah mereka lebih baik” (Hadis Shohih Ibnu Khuzaimah)
Berdasarkan hadis tersebut terdapat khilafiyah mengenai hukum boleh tidaknya wanita solat berjamaah di masjid. Pertama, melarangnya (makruh), seperti ulama muta`akhir Hanafiyah. Ini untuk wanita tua dan muda, dengan alasan zaman telah rusak. Kedua, membolehkannya (khususnya wanita tua), seperti ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, dengan dalil hadis-hadis. (Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, 2/322; Fatawa Al-Azhar, 1/20).
3. Kejadian pada masa Rasulullah:
Sejak zaman Rasulullah, kehadiran wanita dalam solat berjamaah di masjid bukanlah sesuatu yang asing. Dalam artian, di antara shahabiyah (shahabat Rasulullah dari kalangan wanita) ada yang ikut menghadiri solat berjamaah di belakang para shahabat walaupun itu tidak wajib bagi mereka.
Ada beberapa dalil dari sunnah yang shahihah yang menunjukkan keikutsertaan wanita dalam solat berjamaah di masjid. Tiga di antaranya kami sebutkan berikut ini :
a. Hadits dari Aisyah radliyallahu ‘anha, ia berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan solat Isya hingga Umar memanggil beliau (dengan berkata) : “Telah tertidur para wanita dan anak anak.” Maka keluarlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata : “Tidak ada seorang pun selain kalian dari penduduk bumi yang menanti solat ini.” (HR. Bukhari dalam kitab Mawaqit Ash Shalah 564 dan Muslim kitab Al Masajid 2/282)
Hadis ini mengabarkan kepada kita bahwa para wanita anak-anak telah solat maghrib berjamaah bersama Rasulullah dan menunggu solat Isya’, namun karena solat Isya’ di ta’khirkan mereka tertidur.
Imam Nawawi dalam syarahnya terhadap hadits di atas berkata : “Ucapan Umar (Telah tertidur para wanita dan anak anak) yakni di antara mereka yang menanti didirikannya solat berjamaah di masjid.“
b. Dalam hadits lain, Aisyah radliyallahu ‘anha mengabarkan :
“Mereka wanita wanita Mukminah menghadiri solat shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berselimut dengan kain kain mereka. Kemudian para wanita itu kembali ke rumah rumah mereka hingga mereka (selesai) menunaikan solat tanpa ada seorangpun yang mengenali mereka karena masih gelap.” (HR. Bukhari 578)
c. Hadits dari Abi Qatadah Al Anshari radliyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya aku berdiri untuk menunaikan solat dan berkeinginan untuk memanjangkan solat itu. Lalu aku mendengar tangisan bayi maka akupun memendekkan solatku karena khawatir (tidak suka)memberatkan ibunya.” (HR. Bukhari 868, Abu Daud 789,
4. Kesimpulan
Anda boleh mengajak isteri anda solat jamaah dengan dasar:
1) Mengikuti pendapat yang mengatakan lebih utama solat di rumah, jika solatnya solat jamaah, bukan solat sendiri. Ini pendapat Ibnu Hazm (Al-Muhalla, 4/197) dan ulama Syafi’iyah seperti Imam Nawawi. (Al-Majmu’, 4/198). Pendapat ini juga didukung oleh keterangan-keterangan dari hadis yang shahih.
2) Mengikuti kaidah fiqh I’maalu ad-dalilaini aula min ihmaali ahadimaa bi al-kulliyyah (Mengamalkan dua dalil adalah lebih utama daripada meninggalkan satu dalil secara keseluruhan.) (An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islamiyyah, 3/492). Bahkan sesungguhnya ada tiga dalil; pertama: anjuran jamaah dengan pahala 27 derajat, kedua: solat di rumah lebih baik , tetapi jangan dilarang apabila wanita ingin berjamaah di masjid, ketiga: pada zaman Rasulullah sudah banyak wanita yang berjamaah di masjid. Pendapat yang membolehkan menurut sebagian ulama lebih kuat karena mengamalkan ketiga dalil tersebut, karena kalau melarang atau memakruhkan hanya mengamalkan satu dalil saja yaitu solat di rumah lebih baik.
Namun kiranya ada beberapa syarat yang harus diikuti:
Wanita solat jamaah di masjid bersama atau atas izin suami, kecuali kalau sudah tua.
Tidak meninggalkan kewajibannya sebagai isteri (misalnya mengasuh anak, menyiapkan makanan untuk keluarga dll).
Tidak memakai wewangian yang menyebabkan orang tertarik kepadanya.
Tidak tabarruj (menghias diri berlebihan)
Tidak ikhtilat (bercampur antara laki-laki dan perempuan)
Kalau di rumah bisa berjamaah dengan anak, kemenakan atau pembantu itu lebih baik.
Wallahu a’lam
Muhammad Rosyad
Tambahan jawaban dari Ustadzah Siti Hafidah, Lc, MA
Wa alaikum salam wr wb
Akhi fillah…sebelumnya saya ucapkan barokallahu laka wa baroka alaika wa jama’a bainakuma fi khoirin…
mengenai solat berjama’ah bagi seorang wanita Nabi saw bersabda:
“janganlah kamu melarang para wanita pergi ke masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Baihaqi dan Thabrani). berdasarkan hadits ini, maka wanita dibolehkan solat di masjid, dan solat di rumah adalah lebih baik baginya.
Para wanita dibolehkan solat di masjid dengan syarat:
1. Ada izin dari suami.
Nabi saw bersabda: “jika isteri-isterimu meminta izin ke masjid-masjid, maka izinkanlah mereka.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Hibban)
2. Tidak memakai wangi-wangian.
Nabi saw bersabda: “Janganlah kamu melarang hamba Allah pergi ke masjid-masjid Allah, tetapi hendaklah mereka keluar tanpa wangi-wangian.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Darimi dan Baihaqi)
Nabi juga bersabda: “perempuan mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian ia pergi ke masjid, maka tidak diterima solatnya sehingga dia mandi.” (HR. Ibnu Majah)
Mana yang lebih utama bagi wanita, solat di masjid atau di rumah?
Yang lebih utama adalah solat di rumah, jika dilakukan berjama’ah, sebagaimana sabda Nabi saw: ” solat berjama’ah lebih utama daripada solat sendiri dengan 27 derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan jika dilakukan tepat waktu. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA, dia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, amalan apakah yang paling dicintai Allah SWT?, beliau bersabda: solat tepat pada waktunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika sulit untuk tepat waktu di rumah, maka lebih baik solat berjamaah di masjid agar tepat waktu.
wallahu a’lam
BOLEHKAH SEORANG WANITA solat BERJAMA’AH DIMASJID?
Saudaraku yang dimuliakan Allah swt…
Para ulama telah bersepakat bahwa solat seorang laki-laki lebih utama dilakukan berjama’ah di masjid daripada di rumahnya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,”solat berjama’ah itu lebih utama daripada solat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa telah datang seorang laki-laki buta menemui Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah aku tidak memiliki penuntun yang akan membawaku ke masjid.’ Ia meminta agar Rasulullah saw memberikan rukhshah (keringanan) kepadanya untuk melakukan solat di rumahnya lalu Nabi saw memberikan rukhshah kepadanya. Namun tatkala orang itu berlalu maka beliau saw memanggilnya dan bertanya kepadanya,’Apakah kamu mendengar suara azan untuk solat?’ orang itu berkata,’ya.’ Beliau bersabda,’kalau begitu kamu harus menyambutnya (ke masjid).” (HR. Muslim) –(baca : “Mendengar Adzan Ketika Sedang Sibuk”)
Adapun bagi seorang wanita maka kehadirannya di masjid untuk melakukan solat berjama’ah diperbolehkan bagi mereka yang sudah tua dan dimakruhkan bagi yang masih muda karena dikhawatirkan adanya fitnah. Untuk itu yang lebih utama baginya adalah melakukan solat di rumahnya, demikian menurut DR. Wahbah.
Beberapa pendapat para ulama tentang permasalahan ini adalah :
1. Abu Hanifah dan dua orang sahabatnya mengatakan bahwa makruh bagi seorang wanita yang masih muda menghadiri solat berjama’ah (di masjid) secara mutlak karena dikhawatirkan adanya fitnah. Abu Hanifah mengatakan bahwa tidak mengapa bagi seorang wanita yang sudah tua pergi ke masjid untuk solat subuh, maghrib dan isya karena nafsu syahwat bisa menimbulkan fitnah di waktu-waktu selain itu. Orang-orang fasiq tidur pada waktu shubuh dan isya kemudian mereka disibukan dengan makanan pada waktu maghrib. Sedangkan kedua orang sahabatnya membolehkan bagi seorang wanita yang sudah tua pergi ke masjid untuk melakukan semua solat karena tidak ada fitnah di dalamnya dikarenakan kecilnya keinginan (syahwat) seseorang terhadapnya.
Dan madzhab di kalangan para ulama belakangan adalah memakruhkan wanita menghadiri solat jama’ah walaupun solat jum’at secara mutlak meskipun ia seorang wanita tua pada malam hari dikarenakan sudah rosaknya zaman dan tampaknya berbagai kefasikan.
2. Para ulama Maliki mengatakan bahwa dibolehkan bagi seorang wanita dengan penuh kesucian dan tidak memikat kaum laki-laki untuk pergi ke masjid melakukan solat berjama’ah, id, jenazah, istisqo (solat meminta hujan), kusuf (solat gerhana) sebagaimana dibolehkan bagi seorang wanita muda yang tidak menimbulkan fitnah pergi ke masjid (solat berjama’ah) atau solat jenazah kerabatnya. Adapun apabila dikhawatirkan terjadinya fitnah maka tidak diperbolehkan baginya untuk pergi ke masjid secara mutlak.
3. Para ulama Syafi’i dan Hambali mengatakan bahwa makruh bagi para wanita yang cantik atau memiliki daya tarik baik ia adalah seorang wanita muda atau tua untuk pergi ke masjid solat berjama’ah bersama kaum laki-laki karena hal itu merupakan sumber fitnah dan hendaklah ia solat di rumahnya. Dan dibolehkan bagi para wanita yang tidak menarik untuk pergi ke masjid jika ia tidak mengenakan wangi-wangian dan atas izin suaminya meskipun sesungguhnya rumahnya lebih baik baginya, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Janganlah engkau melarang para wanita itu pergi ke masjid meskipun rumah mereka lebih baik bagi mereka.” Di dalam lafaz lainnya disebutkan,”Apabila para wanita kalian meminta izin kepada kalian pada waktu malam hari untuk ke masjid maka izinkanlah mereka.” (HR. Jama’ah kecuali Ibnu Majah) yaitu jika aman dari kerusakan (fitnah). Juga sabdanya saw,”Janganlah kamu melarang para wanita pergi ke masjid, hendaklah mereka keluar tanpa memakai wangi-wangian.” (HR. Ahmad, Abu daud dari Abu Hurairoh) dan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sebaik-baik masjid bagi kaum wanita adalah didalam rumahnya.” (HR. Ahmad)
Intinya adalah bahwa tidak dibolehkan bagi seorang wanita cantik (menarik) untuk pergi ke masjid dan dibolehkan bagi wanita yang sudah tua. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz II hal 1172 – 1173)
Wallahu A’lam
–sumber: eramuslim.com–
iDAN: Sumber di atas ini dari Bahasa Melayu Indonesia maka ada banyak perkataan tidak sama dengan Bahasa Melayu kita di Malaysia; kita juga tahu agama Islam di Indonesia ada banyak mazhabnya hatta harus berhati-hati dengan semua pendapat di atas.
Lagi artikel tentang Wanita kini yang makin ramai solat di masjid & surau.
Wanita solat di Masjid atau Rumah: Mana lebih baik (afdal)??
ALLAH mengurniakan ganjaran pahala 27 kali kepada orang yang mendirikan solat berjemaah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Solat berjemaah lebih baik daripada solat bersendirian dengan 27 darjat" (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Hukum mendirikan solat berjemaah ialah fardu kifayah ke atas orang lelaki, iaitu tanggungjawab bersama umat Islam. Manakala hukum ke atas wanita ada beberapa pandangan menurut mazhab.
Mazhab AI-Shafie mengatakan wanita bersolat jemaah di rumah lebih baik daripada berjemaah di masjid. la sunat muakkad ke atas mereka. Firman Allah SWT: "Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang rukuk" (surah Al-Baqarah: 43). Ayat ini memberi maksud Islam memerintahkan solat jemaah.
Firman Allah SWT lagi:
"Pada hari apabila betis disingkap, dan mereka diseru untuk bersujud. tetapi mereka tidak boleh. Pandangan mereka merendah, kehinaan menutupi mereka, kerana mereka telah diseru untuk bersujud sedang mereka sejahtera" (AI-Qalarn: 42-43).
Said bin Musayyib rahimahullah mengulas: "Dulunya mereka mendengar (Hayya "Alas Solah, Hayya Alal Falah - Marilah bersolat, marilah menuju kejayaan) akan tetapi mereka tidak menyahutnya sedangkan mereka sihat tubuh badan." Manakala Ka'ab AI-Ahbar berkata: "Demi Allah! Ayat ini tidak sekali-kali diturunkan melainkan ditujukan kepada orang yang memalingkan diri meninggalkan solat berjemaah".
Banyak kelebihan solat berjemaah antaranya menguatkan semangat persaudaraan sesama Islam, mengukuhkan persahabatan, melatih umat Islam agar berdisiplin dan menepati masa dan mengukuhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Taala.
Sabda RasuMlah SAW: "Sesiapa berwuduk dan dia menyempurnakan wuduknya kemudian dia berjalan untuk mengerjakan solat yang telah diwajibkan lalu dia besolat bersama imam, maka diampunkan baginya dosanya". (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan disahihkan oleh Al-Albani.)
Ramai biasa bersolat jemaah sama ada di masjid atau di rumah bersama keluarga. Solat jemaah antara imej Islam yang tersendiri. Seperti cara berpakaian, sekali pandang orang tahu empuhya diri beragama Islam. Solat berjemaah juga imej dan syiar Islam. Jika agama lain hanya memperuntukkan satu hari dalam seminggu untuk upacara keagamaan, Islam bersolat lima kali sehari dan berjemaah mengukuhkan perpaduan pada ketika itu.
Namun, adakah wanita diberatkan berjemaah di masjid seperti lelaki?
Wanita lebih baik solat di rumah. Namun Rasulullah bersabda, "Jangan melarang jika isteri hendak ke masjid." Tiada hadis yang melarang wanita keluar ke masjid untuk berjemaah, bahkan dilarang menegah wanita ke masjid untuk solat berjemaah. Rasulullah menyarankan supaya memberi keizinan kepada wanita ke masjid apabila mereka memohon keizinan.
Bagi wanita bujang, bolehlah lebih kerap ke masjid berbanding yang telah berkahwin.
Walaupun begitu, ulama bersependapat bahawa solat orang perempuan di rumah adalah lebih baik daripada bersolat di masjid bersandarkan hadis Rasulullah SAW: "Janganlah kamu melarang hamba-hamba Allah di kalangan wanita untuk ke masjid-masjid Allah. Dan rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka".
Dan dalam hadis lain daripada Abu Hurairah, Baginda bersabda: "Janganlah kamu melarang hamba Allah di kalangan wanita untuk ke masjid-masjid Allah. Hendaklah mereka keluar tanpa berhias-hiasan dan berwangi-wangian." Manakala Ibnu Umar meriwayatkan daripada Rasulullah SAW: "Sekiranya isteri kamu meminta izin daripada kamu pada waktu malam untuk ke masjid, maka berilah keizinan kepada mereka." Riwayat yang lain mengatakan bahawa Baginda bersabda: "Sekiranya ada antara kamu yang diminta izin oleh isterinya untuk ke masjid maka janganlah dia melarangnya".
Walaupun demikian, Rasulullah SAW menekankan kaum wanita digalakkan dan diutamakan berada di rumah dan sebaik-baik masjid bagi kaum wanita ialah rumah mereka sendiri, kecuali bersolat di Masjid al-Haram seperti yang diriwayatkan Abu Amru asy-Syaibani yang bermaksud: "Daripada Abi Amru asy-Syaibani, Abdullah bin Mas'ud berkata; Tidak ada bagi seseorang wanita lebih baik (afdal) daripada solatnya di rumah melainkan di al-Masjid al-Haram".
Ini kerana solat di Masjid al-Haram mempunyai kelebihan beratus ribu ganjaran pahalanya. Daripada 'Atha' daripada Jubari bahawa Rasulullah SAW bersabda; "Solat di dalam masjidku (Masjid an-Nabawi) adalah lebih baik (afdal) daripada masjid-masjid lain kecuali al-Masjid al-Haram. Dan solat di al-Masjid al-Haram lebih baik (afdal) daripada seratus ribu masjid selainnya."
Sebaliknya, kalau dikhuatiri bahawa pemergian ke masjid boleh menimbulkan fitnah, lebih baik bersolat di rumah sahaja. Ummul Mukminin Saidatina 'Aisyah pernah berkata: "Sekiranya Rasulullah SAW melihat hal-hal wanita sebagaimana yang kami lihat, nescaya Baginda akan melarang mereka daripada ke masjid sebagaimana Bani Israil telah melarang wanita mereka."
Juga diriwayatkan bahawa Ummu Humaid AI-Sa'diyyah telah datang kepada Rasulullah lalu berkata; "Wahai Rasulullah! Aku suka bersolat bersamamu." Lalu Baginda berkata:"Kamu telah pun melakukannya. Dan solatmu di rumahmu adalah lebih baik daripada solatmu di bilik-bilik kamu, dan solatmu di perkarangan rumahmu lebih baik daripada solatmu di masjid kaummu, dan solatmu di masjid kaummu lebih baik daripada solatmu di masjid besar."
Lelaki diberatkan supaya solat di masjid kecuali sakit atau keuzuran. Sibuk dengan tugas bukan alasan tidak dapat berjemaah. Sebagaimana yang tercatat dalam Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah dan Musnad Ahmad, Rasulullah pernah bersabda; "Sesungguhnya solat yang paling berat bagi orang munafik ialah solat Isya' dan Solat Fajar (Subuh). Andai kata mereka tahu apa yang terkandung dalam kedua-dua solat itu nescaya mereka akan mendatanginya walaupun terpaksa merangkak. Sesungguhnya aku telah berhasrat untuk memerintahkan solat agar didirikan. Kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk (mengimamkan) solat bersama-sama orang ramai. Kemudian aku akan keluar bersama beberapa orang yang membawa bersama mereka berkas-berkas kayu api menuju kepada kaum yang tidak datang solat bersama-sama. Lalu aku akan bakar rumah-rumah mereka".
Dalam Sunan Ahmad ada penambahan; "Andai kata tiada wanita dan anak kecil di dalam rumah-rumah itu nescaya aku akan bakar semuanya".
Berjemaah di masjid memperkukuh hubungan sesama Islam juga menghidupkan masjid. Masjid sepatutnya menjadi pusat masyarakat Islam yang di sekitarnya menjadi tempat orang Islam menjalankan kegiatan harian seperti berurus niaga. Lantas masjid akan berada berhampiran kita dan tidaklah terpencil mahupun tersorok.
Wajarlah ia dibina di tengah-tengah pusat komersil dan di tengah-tengah kawasan perumahan. Sepatutnya setiap hari masjid kita meriah seperti solat Jumaat. Malangnya kita ada lima waktu sehari semalam namun masjid suram dan sukar mendapat satu saf kecuali Jumaat. Akhirnya masjid menjadi asing dan bertukar jadi perhiasan.
Mengapa Islam memberatkan wanita bersolat di rumah?
Banyak sebabnya. Antaranya untuk jaga rumahtangga, keluarga dan anak-anak. Jika hanya suami ke masjid dan dia tahu keadaan anak-anaknya terjaga dan selamat di rumah bersama isteri maka suami akan lebih tenang beribadat.
Jangan fikir sebab terpaksa terbeban dengan tanggungjawab rumah tangga, wanita tidak dapat mengumpul pahala. Menjaga anak, menguruskan rumah tangga, mendengar cakap suami dan setiap satu pekerjaan yang wanita lakukan di rumah kerana Allah tetap mendapat pahala. Kadang-kadang wanita lupa pada perkara-perkara kecil seperti menyediakan pakaian suami untuk ke masjid juga mendapat pahala.
Wanita juga boleh solat jemaah di rumah bersama anak-anak misalnya dan mendapat pahala jemaah sama seperti di masjid. Wanita kena tahu yang mana harus dilebihkan pada waktu sama masih mendapat pahala. Paling penting sebagai isteri galakkan suami berjemaah di masjid.
Semoga anda turut mendapat pahalanya. Rasulullah bersabda:"Orang yang menunjuk kepada sesuatu kebaikan adalah seperti orang yang melakukan kebaikan itu." Isteri layak mendapat pahala ke masjid dengan hanya mendorong suami mereka berjemaah di masjid.
Wallahu'alam...